Pernah lihat pemandangan dari tempat tinggi? dari puncak gunung, pesawat, atau dari atas genteng? Entah kenapa, menurutku tempat yang dilihat dari ketinggian terlihat lebih indah. Tulisan ini lanjutan dari perjalananku kemarin menuju Jakarta. Penerbangan pertamaku tanggal 21 Maret 2017 (ingat karena waktu itu aku wisuda) menakdirkan aku duduk di bagian ekor pesawat. Waktu itu aku sendirian dan duduk di paling belakang. Awalnya sempet takut dan bete karena sendirian, tapi akhirnya ya dinikmati aja, and awesome banget aku duduk di samping jendela, jadi aku bisa puas lihat pemandangan di bawah sana. Rumah-rumah yang makin mengecil, hutan hijau yang terlihat lebat, awan-awan yang terlihat di bawah, waaahhh pokoknya bikin banyak-banyak ngucap syukur deh. Saat di atas jadi sadar kalau manusia tuh kecil banget, jangankan manusia, gedung-gedung yang katanya menjulang ke langit aja kalau dilihat dari ketinggian gak ada apa-apanya. Asli deh kalau manusia sombong itu gak layak banget, gak ada yang perlu disombongin dari diri yang kecil ini.
penerbangan pertama ngasih pengaruh positif banget buat aku. Saat duduk dibagian ekor, kita juga bisa liat sayap pesawat dengan jelas, jadi pergerakan pesawat bisa dirasain. Awalnya sempet deg-deg an waktu liat pesawatnya miring, wah kirain bakal jatuh, karena dari sayap keliatan banget miringnya. Tapi untungnya itu hal yang biasa, akunya aja yang cupu hahaha. Lampung kelihatan asri dan hijau banget kalo dari atas, keren banget pokoknya pemandangannya. Pas diatas perairan selat sunda, kita bisa liat pulau-pulau kecil ditengah-tengah laut, gileee kece banget deh pokoknya. Sinar matahari yang mantul ke jendela pesawat juga bikin mulut banyak-banyak memuji Allah. Pokoknya keren banget deh. Saat mulai masuk pulau jawa, pemandangan jadi lain, jarang banget nemu pepohonan, dari atas keliatan bangunan-bangunan padat, beda banget sama Lampung.
Kali kedua aku ke jakarta, aku milih penerbangan malem, ingetkan tragedi delay dan kelaparanku? Beberapa hari sebelum berangkat aku suka liatin langit kalo malem, cerah dan banyak bintang. Ekspektasiku, aku bakal liat bintang dari jarak yang lebih dekat, pasti indah.... ekspektasi yaaaa, inget ekspektasi. Realitanya..... jenng jeeengggg.. pas malem penerbangan ternyata cuaca buruk, ujan plus gledek, gubrak!!!.
Penerbangan kedua ini bener-bener gak sesuai ekspektasi, selain tragedi kelaparan dan delay, impian buat liat bintang dari jarak yang lebih dekatpun sirna. Malam itu, aku duduk tepat lurus dengan sayap, beritiga : Tika, Aku dan Sinta. Sulitnya duduk lurus bagian sayap itu kita gak bisa nikmati pemandangan, karena di luar cuma keliatan sayap aja. Perlu miringin kepala kalau mau ngintip indahnya pemandangan dibawah sana. Cuaca buruk dan tempat duduk yang gak pas bikin mood menikmati perjalanan hilang seketika, di tambah lapar yang tak tertahan, lengkap sudah perjalanan yang membosankan.
Saat niat tidur sepanjang penerbangan udah tertanam kuat di hati, tiba-tiba Tika nunjukin pemandangan indah di bawah sana. Yup pemandangan yang gak pernah aku pikirkan sebelumnya. Kerlip lampu di bawah sana berjajar indah kaya kumpulan rasi bintang. Indah banget pokoknya. Meski harus miringin kepala demi bisa liat pemandangan indah ini, aku rela bahkan gak pengen rasanya kerlip lampu yang berjajar dibawah sana sirna dari pandangan mata. saat mata dimanjakan oleh indahnya rasi bintang di bumi itu, pikiranku mulai melayang. Otak kanan mulai bekerja dengan khayalan kreatif ala-ala gua :D. Beberapa pertanyaan konyol muncul dikepala, “Apa jangan-jangan bintang itu juga kumpulan lampu penduduk langit? Apa disana ada kehidupan juga sama kaya di bumi? Apa jangan-jangan langit itu sebenernya cerminan bumi?” dan aku mulai menghayal tentang kehidupan dilangit yang tak bikin-bikin sendiri, mungkin aja di langit itu ada kehidupan dan orang-orang yang sama dengan sifat beda kaya negeri edolas di fairy tail hahahaha. untungnya aku cepet sadar dari ngelindur super gak jelas itu karena lampu-lampu dibawah mulai menghilang.
Awalnya sempet kaget saat lampu-lampu dibawah gak keliatan lagi. Apa pesawatnya masuk ke awan, atau masuk segitiga bermuda, atau.... ah malah mikir yang enggak enggak lagi. Akhirnya akal sehatku mulai tak aktifin, sadar deh kalo ternyata pesawat udah terbang diatas perairan selat sunda, jadi gak ada lagi lampu-lampu yang berjajar kaya rasi bintang. Pemandangan di bawah jadi membosankan, akhirnya baca-baca majalah yang disediain di pesawat. Kontenya keren, tentang tempat-tempat wisata gitu, sempet berdoa sih kali aja bisa jadi kontributornya, tapi ya sudah, udah malem daripada mikir aneh lagi mending tidur. Well akhirnya merem juga sampe pesawat tiba di bandara soetta.
Meski Cuma sebentar penerbanganya, aku bersyukur dikasih kesempatan liat sisi lain bumi saat malam tiba. Semoga suatu hari semakin banyak hal-hal baru yang bisa aku liat, semakin banyak perjalanan, semakin banyak pelajaran. See you dilain kesempatan dilain cerita ya teman. Sedikit bocoran, setelah ini aku mau cerita tentang “obro markoto”. Apa itu... tunggu aja...